A4Tech G3-200N Wireless Mouse – Quick Review

Kali ini saya berkesempatan untuk menjajal sebuah mouse wireless keluaran A4Tech yaitu model G3-200N. Mouse wireless ini termasuk dalam kategori harga terjangkau, dengan bandrol di pasaran bervariasi antara Rp120.000 – Rp150.000. Mouse ini saya dapatkan untuk menggantikan mouse istri saya yang hanya bertahan sekitar 2 bulan. Merk A4Tech saya pilih karena saya sudah berkali-kali menyaksikan ketangguhan mouse produksi mereka, baik yang saya miliki sendiri ataupun yang digunakan oleh teman-teman saya.

Kemasan dan isi kemasan
Kemasan dan isi kemasan

Desain dan Bentuk

Mouse ini memiliki desain yang agak persegi, garis-garis di badannya agak mirip dengan mouse gaming produksi mereka. Dengan bentuk yang kecil dan format yang ambidextrous, maka mouse ini sangat cocok dipegang oleh user yang memiliki tangan kecil, baik untuk digunakan pada tangan kanan ataupun tangan kiri.

Tampak depan
Tampak depan

A4Tech memberikan sentuhan warna matte pada mouse ini, hanya dengan sedikit sentuhan glossy di kiri kanan badan mouse. secara keseluruhan mouse ini terlihat elegan dan tidak murahan.

Tombol yang disediakan hanya berupa tombol standar saja yaitu klik kanan, klik kiri, scroll wheel, dan klik tengah pada scroll wheel. Karena memang tujuannya untuk penggunaan dalam aktifitas kantor biasa, maka tidak ada masalah dengan keterbatasan tombol pada mouse mungil ini.

Tampak belakang
Tampak belakang

Build quality termasuk baik dan sesuai dengan kualitas produk A4Tech seperti biasa. Plastik yang digunakan tidak murahan, tidak ada bunyi-bunyi plastik dan tidak ada bagian yang longgar pada saat di genggam dengan keras. Saat tombol ditekan akan menghasilkan suara klik yang memuaskan. Walau terdengar sedikit lebih nyaring daripada mouse X7 747H produksi A4Tech juga, tapi suara itu sama sekali tidak mengganggu konsentrasi user pada saat menggunakan mouse.

Fitur dan Penggunaan

Fitur yang diberikan oleh A4Tech adalah sebagai berikut:

  • No shaking 2.4GHz wireless connection
  • Up to 10 meters operation range
  • 1000 DPI resolution
  • 2-way communication
  • Auto channel hopping
  • V-Track sensor technology
  • 125Hz polling rate (8ms)
  • Zero delay operation

Setelah saya coba selama beberapa saat, untuk browsing, bermain beberapa game (Dota2, Batman Arkham City, Zuma Revenge) maka menurut saya hasilnya tidak mengecewakan. Pergerakan mouse pada saat digunakan untuk browsing atau gaming lumayan halus dengan resolusi yang fix pada 1000 DPI. Pengoperasian tombol terbilang responsif untuk mouse wireless dengan polling rate “hanya” 125Hz (8ms).

Tidak ada perbedaan yang berarti pada saat digunakan di atas mousepad atau langsung di permukaan meja. Hal ini kemungkinan karena penggunaan sensor V-Track pada bagian bawah mouse. Sensor V-Track diklaim oleh A4Tech memiliki sensitifitas yang tinggi dan dapat di gunakan di atas permukaan apa saja, baik mousepad, meja kayu, meja kaca bahkan mereka mengklaim bahwa mouse ini dapat digunakan di atas karpet berbulu!

V-Track sensor
V-Track sensor

Hanya saja mousefeet yang disediakan sepertinya tidak berkualitas sangat baik atau memang bahannya terlalu lembut, karena dengan penggunaan hanya beberapa saat saja, mousefeetnya sudah banyak mengalami lecet.

Tampak bawah mouse. Kontainer baterai dan tempat menyimpan nano-receiver
Tampak bawah mouse. Kontainer baterai dan tempat menyimpan nano-receiver

Fitur auto channel hopping menjamin bahwa lebih dari satu mouse ini dapat digunakan di dalam ruangan yang sama dengan jarak yang dekat. Fitur tersebut berfungsi agar setiap mouse dengan nano-receiver pasangannya mendapatkan frekuensi sendiri tanpa mengganggu konektifitas mouse atau wireless device lainnya.

Nano receiver A4Tech
Nano receiver A4Tech

Hanya satu keluhan yang saya alami pada saat menggunakan mouse ini. Itu juga karena saya mengetesnya dengan menggunakan game yang membutuhkan respons tinggi. Pada saat saya memainkan game, dan game tersebut sedang menggenjot kemampuan prosesor, maka akan terasa lag yang lumayan berarti pada pergerakan pointer mouse. Seperempat atau setengah detik lag pada game yang intensif dapat menentukan hidup mati karakter yang dimainkan. Selain dari keluhan tersebut, mouse ini adalah device yang nyaman digunakan dan sesuai dengan tujuannya diproduksi.

A4Tech G3-200N

Secara keseluruhan, mouse wireless ini sesuai dengan apa yang dijanjikan produsennya di box dan spesifikasi yang diberikan. Untuk penggunaan di kantor, atau sebagai teman laptop untuk presentasi, mouse ini sempurna walau tanpa tombol tambahan selain tombol standar yang ada. Untuk penggunaan bermain game casual, mouse ini masih dapat memuaskan penggunanya. Hanya untuk bermain game yang intens, sebaiknya user memilih mouse lain yang memiliki spesifikasi lebih tinggi dan dibuat untuk respons yang lebih baik.

Dengan harga sekitar Rp150.000 dan kualitas produksi standar dari A4Tech, G3-200N termasuk salah satu mouse wireless yang terjangkau untuk teman bekerja.

Manufacturer: A4Tech
Model: G3-200N Wireless Mouse
Price: IDR150.000 (US$15)

The Good:
+ V-Track sensor
+ Build quality
+ Affordable price
+ Wireless operation
+ Ambidextrous design
+ Nano receiver

The Bad:
– Still experiencing a little mouse lag
– A little too small for the large handed

Torchlight – Quick Review

TLbox

Semangat malam Junkers! Pernah merasa emosi dan ingin mengayunkan pedang ke leher seseorang? Nah, game model hack ‘n slash seperti ini yang Junkers butuhkan waktu mengalami hal itu. Serial Torchlight mungkin dimulai sudah sejak 2009, termasuk game yang bisa dibilang basi. Tapi pengalaman bertualang dan bertempur yang diberikan masih tetap mantap, bahkan hingga saat ini. Walaupun saya sudah memainkan Torchlight II yang lebih baru dan bersinar, tidak membuat Torchlight terlihat kusam atau usang waktu dimainkan ulang.

Torchlight – Gameplay

Game ini dimulai di kota Torchlight, di mana terdapat tambang ember yang banyak didatangi para penambang yang mencari kekayaan. Namun daya tarik hasil tambang tersebut ternyata membawa dampak yang buruk bagi seseorang hingga membuatnya menjadi beralih ke sisi gelap. Junkers akan memilih satu dari tiga karakter yang ada untuk melawan musuh itu. Karakter yang ditawarkan adalah seorang Destroyer laki-laki yang kuat, Vanquisher perempuan yang ahli senjata jarak jauh dan Alchemist laki-laki yang mahir menggunakan magic. Ya, di game ini Junkers tidak bisa memilih gender untuk masing-masing karakter, jadi take it or leave it. Setelah itu Junkers diminta untuk memilih pet yang akan mengikuti kemanapun karakter bertualang. Pet yang disediakan adalah seekor kucing, anjing dan ferret. Selain untuk membantu karakter melawan musuh yang datang, pet juga dapat diminta untuk kembali ke kota dan menjual items yang ditemukan karakter di seluruh dunia Torchlight.

TL3
I’m a cat person, so what?

Sistem pertarungan cukup standar dengan klik kiri untuk berjalan dan menyerang, serta klik kanan untuk mengeluarkan spell/special powers. Sekali lagi, ini adalah game hack ‘n slash, jadi Junkers harus terbiasa dengan banyaknya gelombang musuh yang tiba-tiba muncul. Musuh yang tewas sesekali akan menjatuhkan item, bisa berupa barang yang dapat dikonsumsi seperti health potion atau mana potion, keping emas sebagai alat tukar, atau senjata-senjata dan perlengkapan yang dapat dipakai oleh karakter. Shortcut yang disediakan juga cukup banyak, tombol angka 1 – 0 semua dapat digunakan sebagai shortcut untuk health potion, mana, spell atau barang-barang lain sesuka Junkers. Hal itu sudah pasti akan menambah kemudahan dalam pertarungan yang brutal.

TL1

Setiap musuh yang dibunuh oleh karakter akan memberikan sejumlah XP atau experience points yang akan dikumpulkan untuk menaikkan level karakter. Sistem membangun karakter di game ini dapat dikatakan sangat sederhana karena statistik yang dapat dinaikkan hanya empat jenis yaitu Strength, Dexterity, Magic dan Defense. Sistem skill tree yang diterapkan juga sangat sederhana dan mudah dimengerti. Kesederhanaan sistem game ini tidak membuat gameplay menjadi membosankan, tapi malah dapat menambah fokus Junkers pada petualangan yang dijalani.

Genre Action-RPG yang diusung Runic Games membuat pertarungan hanya berkisar pada “bunuh dan ambil barang”. Tapi hal itu tidak akan terasa repetitif karena variasi monster dan items yang disediakan oleh developer membuat kita ingin segera mencoba item baru dan menaikkan level karakter untuk menggunakan senjata yang baru. Game ini adalah versi fun dari Diablo.

Torchlight – Grafis dan Sound

Dengan variasi spell, efek magic, senjata dan musuh yang ada, pertarungan yang dihasilkan terlihat brutal dengan sinar, ledakan, darah dan proyektil-proyektil yang beterbangan di seluruh layar monitor Junkers. Animasi gerakan pertarungan bukan poin terbaik dari game ini, tapi dengan paduan efek dengan variasi warnanya, pertarungan akan menjadi lebih megah.

TL4

Satu hal yang saya suka pada serial Torchlight adalah model dan teknik pewarnaan karakter dan lingkungan dalam game. Dibanding serial Diablo yang terlihat gelap, suram, serius dan menyeramkan, Torchlight menampilkan model grafis yang bergaya kartun. Dengan warna-warna pastel pada karakter dan lingkungannya membuat pemandangan di dunia Torchlight nyaman di mata dan tidak berkesan sebagai game yang serius. Bentuk model karakter dan lingkungan juga disesuaikan dengan gaya kartun dengan membuat karakter agak pendek dan anggota tubuh yang tidak proporsional. Tidak cuma karakter saja, musuh-musuh juga dibuat dengan teknik yang sama sehingga kadang monster yang muncul terlihat lucu dan menggemaskan. Bagi Junkers yang bosan dengan game yang terlihat serius, game ini benar-benar merupakan sebuah penyegaran tanpa meninggalkan unsur petualangan yang tetap serius.

TL2
Wanna play? *wink*

Vokal karakter dan efek suara tidak terlalu istimewa, proper menurut saya. Efek suara pertarungan sangat pas dengan gerakan serangan atau spell yang dikeluarkan karakter. Musik latar sebaliknya, menurut saya sangat istimewa. Nada yang tidak membosankan dan pilihan sample alat musik yang digunakan membuat petualangan yang dijalani tidak sepi dan makin membawa karakter lebih dalam pada perjalanannya.

Kesimpulan

Game yang dirilis oleh Runic Games pada tahun 2009 ini masih tetap layak dimainkan bahkan pada masa kini. Kemiripannya dengan serial Diablo bukannya tidak disengaja, namun beberapa individu yang ada di belakang Torchlight memang orang-orang yang pernah turut menghasilkan serial Diablo. Penggemar Diablo yang mencari suasana yang berbeda dapat memainkan game ini. Untuk Junkers yang sudah telanjur memainkan Torchlight II, tidak ada ruginya juga untuk kembali dan memainkan seri pertama ini. Secara keseluruhan, game ini adalah game yang mengagumkan.

http://treasuredjunk.net/torchlight-quick-review/